Terpopuler

Rabu, 06 Januari 2016

Jumenengan Dalem Paku Alam X

Salam Budaya,
Sebagai  masyarakat awan yang cinta dengan budaya jawa ingin melihat lebih dekat budaya adiluhur Praja Pakualaman & mencoba merangkum secara sederhana dari berbagai sumber & sosial media di Kadipaten Pakualaman.



Di bhumi Mataram Jawa wilayah Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tepatnya di Kadipaten Pakualaman, anak kandung dari Suwargi KGPAA Paku Alam IX yaitu Kanjeng Bendara Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo (nama kecil : BPH Wijoseno Hariyo Bimo) akan dinobatkan sebagai penerus tahta Praja Pakualaman (Pangeran Merdiko). Pada hari kamis Legi tanggal 07 Januari 2016 akan dilakukan penobatan seorang Adipati Arya bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) X. Sesuai dengan hari penobatan dipilih hari kamis Legi tanggal 07 Januari 2015 merupakan tanggal dan hari baik menurut mereka. Kamis Legi itu hari bagus karena pada hari itu, semua permohonan didengarkan, maknanya yakni menyatunya keluarga yang bahagia, berkesinambungan rezeki, dan kewibawaan. Tema Jumengan Dalem adalah Pengemban Kebudayaan.

                             Sengkalan Memet

Orang Jawa memiliki cara yang khas untuk mengingat tahun, terutama tahun terjadinya peristiwa penting. Tahun yang dirujuk oleh sengkalan adalah Tahun Saka dalam kalender lunar (candra) maupun solar (surya). Sengkalan memet menyatakan angka tahun dengan gambar dan cara membacanya dari belakang ke depan. Dalam penobatan/jumengan dalem KGPAA Paku Alam X ing surya 2016 Masehi dengan sengkalan memet yaitu : Sad kartika Aneng Wiyat Ingasta". Sad (6), Kartika (1), Wiyat (0), Asta (2) dengan arti "Enam Bintang dilangit dapat diraih" maknanya "Cita-cita mulia akan terwujud dan membuahkan hasil yang gemilang". Bintang bersudut delapan menunjuk ke delapan penjuru mata angin sekaligus kedelapan Dewa (Asthabrata). Bintang Asthabrata dijadikan pedoman laku keseharian sehingga terbentuk pribadi yang bijaksana. Langit: Alam semesta terang terpancari bintang. Ajaran Asthabrata yaitu wahyu kepemimpian yang mengambil contoh sifat 8 dewa dan 8 unsur alam yaitu :
Sebelum proses jumenengan, calon Adipati melakukan proses nyekar atau berziarah dimakan leluhur di Astana Kota Gedhe (Makam PA I- PA IV) dan makan Astana Giri Gondo (makam PA V - PA IX) untuk memohon kepada Tuhan dan Leluhur.

                      Ziarah kemakam Leluhur Paku Alam

Pada hari sebelum penobatan Adipati, Disekitar halaman Puro Pakualaman dilakukan pemasangan penjor janur kuning yang itu menandakan akan adanya perayaan besar di kadipaten Puro Paku Alaman.

 
Penjor Janur di Gapura Masuk

Proses penobatan/jumengan Adipati Arya akan dilakukan secara sederhana mengikuti aturan adat Kadipaten Pakualaman selama seharian dari pagi hingga sore hari. Persiapan-persiapan sudah dipersiapkan dengan baik oleh kerabat dalem Trah Pakualaman & masyarakat sekitar Puro Pakulaman mulai dari gladi bersih acara penobatan dan acara kirab ageng guna  mensukseskan acara jumenengan dalem karena akan dihadiri tamu-tamu  undangan seperti Presiden & Mantan Presiden RI, Menteri, Kepala Daerah, SKPD DIY, Raja-raja Nusantara, dan masyarakat umum.

Tampak Luar Bangsal Sewatama 

Tampak Dalam Bangsal Sewatama 

Tampak Atas halaman Puro Pakualam

Jumenengan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Hal ini karena Adipati ‘lenggah’ di Pura Kadipaten Pakualaman yaitu sinewaka di Bangsal Sewatama. Prosesi adat jumenengan adalah rangkaian dari penobatan/ jumenengan. Adapun rangkaiannya adalah sebagai berikut :

1. Yang akan jumeneng lenggah disertai Ampilan Dalem,
2. Menyatakan diri “Paneteping Karsa” dengan dibelakangnya diiringi / disertai pusaka utama berupa “Tombak Kyai Buyut dan Kyai Paku Baru” dalam posisi dibuka dari tutupnya.
3. Pemasangan wangkingan / keris
4. Penyematan tanda jabatan sebagai Adipati oleh sesepuh/yang dituakan di Trah Pakualaman

Setelah dinobatkan menjadi seorang Adipadi di Kadipaten Pakualaman,  KBPH Prabu Suryodilogo  (Pangeran Pati) bergelar :
SAMPEYAN DALEM KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYA (K.G.P.A.A) PAKU ALAM INGKANG JUMENENG KAPING SADASA ING PRAJA DALEM KADIPATEN PAKUALAMAN.

Ampilan, Istilah ini dipakai untuk menyebut benda-benda yang dibawa mengiringi Adipati  pada upacara-upacara kerajaan. Ampilan yang sebagai suatu kesatuan disebut Kanjeng Kiai Ampilan Dalem ini terdiri atas: dhampar kencana , anak panah dengan busurnya, pedang dengan perisainya, lar badhak (= semacam kipas besar dari bulu merak), Alquran, sajadah, payung kebesaran, dan tombak

                             Alur Prosesi Jumeneng Dalem

Pada acara penobatan Adibati dikeluarkan Gangsa Monggang "Kyai Rinding" Yaitu Gamelan kehormatan yang ditabuh hanya pada saat upacara Jumenengan Dalem  (Penobatan Adipati). Gamelan Kyai rinding merupakan peninggalan dari KGPAA Paku Alam I.

 
Gangsa Monggang "Kyai Rinding"

Pada sore harinya adalah kirab ageng. Kirab dengan kereta untuk memperkenalkan diri dengan kawula Dalem (rakyat/masyarakat) adanya Adipati yang baru.  Untuk rutenya : melalui jalan Sultan Agung, Gajahmada, Bausasran, Gayam, Cendana, Kusumanegara dan kembali ke Pakualaman. Total semua petugas pengamanan sebanyak 2.500 orang yang berasal dari unsur TNI/Polri, instansi pemerintah terkait, organisasi masyarakat, perguruan pencak silat serta berbagai komunitas lainnya. Kereta-kereta yang nanti bakal dipergunakan dalam kirab ageng jumeneng dalem PA X, mengingat kereta tersebut sudah ada yang berusia lebih dari dua abad. "Kereta tersebut adalah Kyai Manik Kumala, Nyai Roro Kumenyar, Kyai Brojonolo serta Kyai Manik Brojo. Kereta-kereta ini akan ditarik oleh sedikitnya 30 ekor kuda.

Rangkaian kirab ageng sesuai siaran pers gladi kirab ageng jumeneng dalem Paku Alam X (minggu, 03 Januari 2016)  adalah sebagai berikut :

Rangkaian Pembuka :
1. Mobil Vooraider
2. Marching Band
3. Paskibraka

Rangkaian Utama :
1. Gajah --> Gajah yang terlibat dalam kirab ageng ada 4 ekor. Masing-masing bernama Sibaya (32 tahun), Cempaka (25 tahun), Natasya (24 tahun) dan Gilang  (17 Tahun). Tiga gajah disebut pertama adalah koleksi Kebun Binatang Gembira Loka, sedangkan Gilang adalah milik kasultanan Yogyakarta.

               Gajah Bernama Gilang milik Kasultanan Yogykarta
2. Manggala Yudha Pakualaman
3. Bendera Kadipaten Pakualaman
4. Prajurit Lombok Abang

                          Prajurit Lombok Abang

8. Kereta Kyai Manik Kumolo --> Kereta yang telah berusia dua abad. Kereta ini merupakan hadiah letnan Gubernur Jendral Sir Thomas Raffless kepada KGPAA Paku alam I tahun 1812. Kereta dengan model Landoulet in Riemen ini diproduksi di pabrik F. Muers London tahun 1800-1810. Warna cat kuning muda dengan pelisir hitam. Nantinya dalam kirab akan digunakan oleh KGPAA Paku Alam X & Permasuri.
                           Kereta Kyai Manik Kumolo

9. Kereta Kyai Rejo Pawoko (Ampilan Dalem) --> Kereta ampilan dalem koleksi kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibuat tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.

                          Kereta Kyai Rejo Pawoko

10. Kereta Kyai Jaladara --> Kereta baru warna hitam glossy milik kadipaten pakualam yang selesai diproduksi Desember 2015 dibengkel balai latihan pendidikan teknik BLPT pemerintahan DIY. Rencana kereta ini akan digunakan oleh adipati arya yang sudah jumeneng/dinobatkan

 Kereta Kyai Jaladara

11. Kereta Nyai Rara Kumenyar --> Kereta yang diproduksi di H & A Holmes Derby Lichfield & london tahun 1900. kereta dengan model berline dengan warna hijau tua dan hitam dengan pelisir kuning keemasan ini hadiah Sri susuhunan Paku buwana X kepada putera mantunya yakni Sri paduka paku alam VII.

                            Kereta Nyai Rara Kumenyar
12. Kereta Kyai Brojonolo --> Kereta yang dibuat pabrik kereta jones freres Bruzelles tahun 1900. kereta berwarna biru tua dan hitam dengan pelisir kuning ini adalah hadiah pemerintah Belanda kepada sri paduka paku alam VII.

                            Kereta Kyai Manik Brojo

13. Kereta Kyai Manik Brojo -- > Kereta dengan model Coupe Driekwart ini diproduksi tahun 1870-1890 di Herman's Hage.
14. Prajurit Plangkir

                                  Prajurit Plangkir
15. Prajurit Kavaleri

Rangkaian Penutup :
1. Marching Band
2. Mobil Ambulance
3. Mobil Pendukung

Acara Penobatan & Kirab Ageng akan disiarkan secara live dan ekslusif oleh Jogja TV, TVRI Jogja  & TVRI Nasional serta Televisi Nasional Lainnya. Jadi masyarakat umum yang tidak bisa menyaksikan secara langsung di Puro Paku Alaman dapat melihat di TV masing-masing.

Rute Kirab Ageng

Maka dengan demikian posisi “K.B.P.H. Prabu Suryodilogo” sebagai “K.G.P.A.A. PAKU ALAM X” adalah “Sah dan Legal ”.

Menurut informasi Romo Tirun (Penghageng Tepas Dwarapura Kraton Yogyakarta) yangg dikutip pada Krjogja.com menjelaskan kedudukan seorang adipati dari Pakualaman di Kraton 'Ngenemi' atau lebih muda pangkatanya dibelakang di Putra Mahkota Kraton Yogyakarta. Karena tidak ada putra mahkota Kraton Yogyakarta maka posisinya dibelakang langsung Raja Kraton Yogyakarta. Tugas-tugas Adipati Pakualaman memang mempunyaki posisi sendiri, sebab seorang Paku Alam itu adalah seorang Pangeran Merdiko (pangeran yang bebas) sehingga mempunyai peraturan atau pranatan sendiri.  


                             KGPAA Paku Alam X

Semoga acara jumengan dalem Paku Alam X berjalan lancar & masyarakat dapat menyaksikan tradisi budaya pakualaman.

#MangayubagyoJumenengDalemKGPAAPakuAlamX

#JumenengDalemPAX
Sumber Informasi & Foto :
-Facebook : Kadipaten pakualaman
-Facebook : Jumeneng dalem KGPAA Paku Alam X
-Facebook : info seni jogja
-Twitter : #JumenengDalemPAX





Tidak ada komentar:

Posting Komentar