Terpopuler

Sabtu, 03 September 2016

Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta


Jogja bukanlah sebuah kota semata, tapi ia adalah kota yang penuh makna. Kita bisa mendapati makna tersembunyi, filosofis, dari berbagai hal di Jogja. Mulai dari baju, pohon yang ditanam di pinggir jalan, bangunan keraton hingga tata ruangnya.

Jogja; adalah kota yang penuh makna.
Makna filosofis yang berlandaskan pada kearifan lokal dan nilai-nilai budaya. Dari aspek personal hingga kolektif ada maknanya. Misalnya saja soal pakaian. Bagi masyarakat Jawa umumnya, dan Jogja khususunya, pakaian bukan semata soal penutup badan. Bukan hanya soal bagus. Bukan semata soal fashion, tapi pakaian juga punya makna filosofis. Seperti kata pepatah itu, "Aji Ning Rogo Soko Busono lan Aji Ning Ati Soko Lathi.”Nah, yang menarik. Urusan filosofis ini ternyata juga ada dalam tata ruang. 

Saya kutip dari berbagai sumber, bahwa ada makna filosofis kraton yang berdiri di tengah-tengah bentangan dua sungai melambangkan sifat normatif seorang manusia. Ditarik dari panggung Krapyak di sebelah selatan hingga sampai Tugu di sebelah utara Keraton punya makna yang menggambarkan perjalanan hidup manusia.

                                                               Panggung Krapyak

Krapyak adalah gambaran tempat asal roh-roh. Di sebelah utaranya terletak kampung Mijen, berasal dari kata wiji (benih), jalan lurus ke utara, di kanan kini dihiasi pohon Asem dan Tanjung, menggambarkan kehidupan sang anak yang lurus, bebas dari rasa sedih dan cemas, wajahnya nengsemaken serta di sanjung-sanjung selalu.

                                                                   Plengkung Nirbaya
 
Plengkung Nirbaya (Gading). Plengkung ini menggambarkan periode sang anak menginjak dari masa kanak-kanak ke masa pra puber. Dimana sifatnya masih nengsemaken (pohon Asem) dan juga suka menghias diri (nata sinom).

                                                                     Alun-alun selatan
 
Alun-alun selatan. Disini terdapat 2 pohon beringin yang disebut Wok. Disekitar alun-alun ini terdapat 5 buah jalan yang bersatu sama lain menunjukkan panca indera, tanah berpasir artinya belum teratur, lepas satu sama lain. Apa yang ditangkap belum tersatur oleh panca indera. Keliling alun-alun ditanami pohon Kweni dan pakel artinya sang anak sudah wani (berani karena sudah akil balig)

                                                                    Siti Hinggil Kidul
 
Siti hinggil, arti arfiah tanah yang ditinggikan. Disini terdapat sebuah tratag atau tempat istirahat beratap anyaman bambu kanan kirinya tumbuh pohon Gayam dengan daun-daunnya yang rindang serta bunga-bunganya harum wangi. Siapa saja yang berteduh dibawah tratag ini akan merasa aman, tenteram senang dan bahagia. Menggambarkan rasa laki2 dan perempuan yang sedang dirindu asmara.
                                                            Bangsal Kamandungan
 
Halaman kemandungan, menggambarkan benih dalam kandungan sang ibu.
                                                              Regol Gadung Mlati

 
                                                                 Bangsal Kamagangan
 
Regol Gadung Mlati sampai kemagangan merupakan jalan yang sempit kemudian melebar dan tersang benderang. Suatu gambaran Anatomis kelahiran sang bayi. Disini bayi kemudian magang (kemagangan) menjadi calon manusia dalam arti sesungguhnya.

                                                               Bangsal Manguntur Tangkil
 
Bangsal Manguntur Tangkil, sebuah bangsal kecil yang terletak di tratag Sitihinggil. Jadi sebuah bangsal di dalam bangsal yang mempunyai arti bahwa didalam tubuh kita (wadag) terdapat roh/ jiwa. Manguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa dengan mengheningkan cipta atau bersemedi.
                                                                     Sitihinggil Lor
 
Tarub Hagung, merupakan bangunan yang mempunyai 4 tiang tinggi dari pilar besi yang mempunyai bentuk empat persegi. Arti bangunan ini ialah: siapa yang gemar samadi, sujud kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berada selalu dalam keagungan
                                                                  Bangsal Pagelaran
 
Pagelaran, yang bersasal dari kata pagel =Pagol = Pager = batas dan aran=nama. Dimana habislah perbedaan manusia, baik laki-laki atau perempuan , terutama dihadapan Tuhan.

                                                                     Alun-alun Utara

Alun-alun utara (lor) menggambarkan suasanan “nglangut” atau sepi, suasana hati dalam semedi. Pohon beringin ditengah alun2 menggambarkan suasana seakan2 kita terpisah dari diri kita sendiri. Mikrokosmos bersatu dalam Makrokosmos. 
                                                                          Km 0 Jogja
 
Simpang empat disebelah utara (km 0 Jogja) menunjukkan godaan dalam samadi. Apaka kita memilih jalan lurus (Siratal Mustaqim) atau jalan menyimpang ke kanan-kiri.
                                                                    Pasar Beringharjo
 
Pasar Beringharjo, pusat godaan setelah kita mengambil jalan lurus berupa godaan akan wanita cantik, makanan yang lezat serta barang-barang mewah.
                                                                         Kepatihan
 
Kepatihan, lambang godaan akan kedudukan atau kepangkatan
                                                                      Tugu Pal Putih
 
Sampailah kita pada Tugu/pal putih, simbol dari bersatunya hamba dan Tuhan. Dekat dengan Tuhan Sang Maha Pencipta.

Sebenarnya masih banyak yang bisa digali. Tata ruang penuh filosofi tak berhenti pada keraton semata, namun juga pada pola ruang kampung-kampung prajurit Kraton dan tata ruang dalam kawasan Jeron Beteng. Ada juga filosofi bangunan rumah joglo, pohon-pohon yang ditanam pada jalur tertentu, atau bangunan lainnya. Mungkin di lain kesempatan kita bisa membahasnya lebih lanjut.

Nah, melalui perda keistimewaan pemerintah harus merevitalisasi kembali tata kota Jogja. Yang tak hanya harus menghidupkan kembali warisasn sejarah, tapi juga mesti mengembalikan karakter khasnya sebagai kota budaya yang nyaman.

Jogja; kota ini penuh makna. Jalan-jalannya, pohon-pohon yang tumbuh, bangunan-bangunannya, dan budayanya.

Jogja adalah kota penuh makna, karena itu ia istimewa. Maka sudah selayaknya kita menjaga dan merevitalisasi kembali nilai-nilai itu. Pembangunan yang berbasis pada nilai budaya. Dengan perda istimewa, hal itu sangat mungkin diwujudkan.


Penulis : Zuhrif Hudaya
Sumber : Share Facebook

Minggu, 17 Januari 2016

Kepangkatan & Gelar Untuk Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Abdi dalem & lambang Kraton 

Dalam sistem pemerintahan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdapat abdi dalem yang membantu Sultan dalam kegiatan operasional di Kraton. Abdi dalem di kraton terdiri dari 2 yaitu abdi dalem keprajan dan abdi dalem punokawan. Abdi dalem keprajan yaitu abdi dalam yang bertugas di dinas/instansi pemerintahan sedangkan abdi dalem punokawan bertugas hanya di kraton saja. 

 
Para Abdi dalem

Mereka juga mempunyai gelar masing-masing disetiap level abdi dalem seperti di pemerintahan. abdi dalem bisa berasal dari rakyat biasa dan bisa dari golongan ningrat (masih mempunyai hubungan darah dengan kraton(mbah buyut, kakeknya)). dan gelar pun berbeda yang berasal dari ningrat dan rakyat biasa. golongan abdi dalaem terbawah bernama jajar dan yang golongan tertinggi adalah pangeran Sentana. berikut urutan kepangkatan  abdi dalem di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat :
Urutan kepangkatan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Nama untuk para abdi dalem diberikan berdasarkan pangkat dan kedudukannya. abdi dalem punakawan diberikan nama sesuai dengan pangkat dan tempat kerja dikraton. sedangkan abdi dalem keprajan diberikan nama sesuai dengan pangkat dan dinas atau instansi kerjanya.
Gelar untuk Abdi Dalem

Kepangkatan abdi dalem keprajan disesuaikan dengan Golongan di pemerintahan


Abdi dalem menggunakan busana peranakan dan slempang motif cindhe


Sumber informasi berita dan foto  :




Selasa, 12 Januari 2016

Sistem Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat


Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Sejak disahkannya UU No 13 Tahun 2012, Yogyakarta resmi mempunyai payung hukum tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di Indonesia ada 3 provinsi dengan status istimewa (Nanggroe Aceh Darusalam, Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua & Papua Barat ) &  dan 1 provinsi berstatus khusus (DKI Jakarta). Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus.

Khusus untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak lepas dari peran dan jasa Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menyatakan bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NKRI), padahal kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman berbentuk kerajaan (monarki). Beliau berdua juga ikut serta dalam perang melawan penjajah serta berkontibusi besar dalam sejarah bangsa Indonesia.

Isi UU No 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta salah satunya Sultan HB dan Paku Alam yang bertahta menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Gubernur merupakan kepala daerah yang mengkoordinasi kepala daerah tingkat II. Wilayah DIY terdiri dari 4 Kabupaten (Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo) dan 1 Kotamadya (Yogyakarta). Sehingga di DIY tidak ada pemilihan kepala Daerah (Pilkada) Tingkat I (memilih Gubernur & wakil gubernur). Pilkada hanya di Tingkat II (memilih bupati dan walikota berserta wakilnya). 


Peta wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta


Karena Yogyakarta bersifat Istimewa. Penulis tertarik menulis dan mengulas tentang sistem pemerintahan di kraton Ngayogyakarta hadiningrat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh kalayak masyarakat. Karena secara resmi kraton Yogyakarta belum mempunyai website resmi hanya sepengetahuan penulis sudah mempunyai beberapa sosial media seperti twitter, facebook & intragram untuk memperkenalkan kraton yogyakarta & untuk berinteraksi dengan masyarakat yang dikelola oleh Tepas Tanda Yekti.

Kalau di kraton, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) bertindak sebagai Raja, sedangkan di DIY, Sri Sultan HB bertindak sebagai Gubernur/Kepala daerah dan mempunyai sistem pemerintahan yang berbeda. Gubernur bertanggung jawab kepada presiden & Menteri Dalam Negeri. Gubernur dibantu oleh Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah (Sekda). 

Dahulu kala dikraton, jabatan seperti Sekda dijabat oleh Patih Dalem. Patih Dalem terakhir adalah Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Danuredjo VIII. Beliau termasuk yang paling lama menjadi patih di Kraton Yogyakarta hampir 3 generasi kesultanan yaitu Hamengkubuwono VII, Hamengkubuwono VIII dan Hamengkubuwono IX. Akibat ketidakcocokannya dengan Sri Sultan HB IX beliau mengundurkan diri sebagai patih pada tahun 1945. Dan beliau adalah patih terakhir Kesultanan Hamengkubuwono, karena selanjutnya Kesultanan tidak mengaktifkan kembali fungsi kepatihan. waktu itu, Patih dalem bertempat tinggal di Kepatihan. Saat ini kepatihan menjadi kantor gubernur dan wakil gubernur di jalan Malioboro Yogyakarta.

 Kepatihan Danurejan, Kantor Gubernur DIY 

Dalam sistem pemerintahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mempunyai struktur organisasi. ini berdasarkan dari dawuh dalem  angka 01/DD/HB.X/EHE-1932 mengenai sistem pemerintahan di kraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang digambarkan dalam skema berikut ini :

  
Struktur Pemerintahan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

1. Ingkang Sinuhun : Sri Sultan HB yang bertahta/Jumeneng, saat ini dijabat oleh Sri Sultan HB X
2. Sri Palimbangan : siapa saja yang diminta oleh sultan untuk memberikan saran dan pertimbangan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan keadaan dalam keraton. Biasanya yang memberikan pertimbangan adalah keluarga Sulta yang bertahta, saudara-saudara sultan, abdi dalem atau para pemimpin lembaga.
3. Pandhite Aji : siapapun yang diminta oleh sultan untuk memberikan usul, saran dan pertimbangan berdasarkan kajian yang berkaitan dengan masalah agama, adat, seni, budaya, ekonomi, politik, hukum dan sosial. biasanya para ahli berasal dari luar kraton.
4. Kawedanan Hageng Punokawan : Sebuah badan yang menjalankan sebagian pemerintahan kraton yang bersifat teknis.
5. Kawedanan Hageng : Sebuah badan yang menjalankan sebagian pemerintahan keraton yang bersifat administrasi fungsional.
6. Kawedanan :  Pelaksana teknis operasional.
7. Tepas Pelaksana teknis administrasi.
8. Golongan : Kumpulkan para abdi dalem yang mempunyai pekerjaan atau tanggung jawab yang sama. Penggolongan ini dimaksudkan untuk menjalankan pekerjaan yang teknis operasional sifatnya.


Kawedanan Hageng Punokawan dan Kawedanan Hageng sebetulnya merupakan gabungan dari beberapa kawedanan dan tepas. Kawedanan Hageng Punokawan, kalau di kabinet pemerintahan Republik Indonesia semacam Menteri Koordinator (MenKo) dan Kawedanan Hageng semacam Sekretaris Negara (SetNeg). Masing-masing Kawedanan Hageng Punokawan (3 buah) dan Kawedanan Hageng (1 buah) dikoordinasi oleh adik-adik sultan & Putri Sultan. Berikut penjelasannya :

A. Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Purwa Budaya dikoordinasi atau diketuai oleh GBPH Yudhaningrat (Adik Sultan HB X) dan di bantu oleh GKR Mangkubumi (Putri Ke 1 Sultan HB X).
Kawedanan Hageng Punokawan Purwo Budaya terdiri dari beberapa departemen antara lain :

1. KHP Krida Mardawa (kesenian) -> Mengurusi kesenian seperti Niyaga, Lebdaswara, pedhalangan
2. Kawedanan Pengulon (keagamaan) -> Mengurusi abdi dalem yang berkaitan dengan keagamaan dan kawedanan ini mengatur masjid gedhe, masjid panepen, masjid pathok negara
3. Kawedanan Puralaya (pemakaman) -> Mengurusi makam-makan raja-raja di Kota Gedhe & Imogiri
4. Kawedanan Keputren (keputrian) -> Mengurusi putri-putri kraton yang ada di kaputren


B. Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Nitya Budaya dikoordinasi atau diketuai oleh GBPH Prabukusumo ( Adik sultan HB X) dan dibantu oleh GKR Bendara (putri ke 5 Sultan HB X).
Kawedanan Hageng Punokawan Nitra Budaya terdiri dari beberapa departemen antara lain :

1. KHP Widya Budaya (upacara keraton) -> Mengurusi budaya dan upacara-upacara adat seperti labuhan, grebegan, dll
2. KHP Purayakara (aktiva terutama lampu dan barang keraton) -> Mengurusi perlengkapan kraton termasuk alat-alatrumah tangga
3.Tepas Banjar Wilapa (perpustakaan) -> Mengurusi perpustakaan
4.Tepas Museum (barang milk keraton) -> Mengurusi museum-museum yang ada di kraton seperti museum Kereta, museum HB IX, taman sari, dll
5.Tepas Pariwisata -> Mengurusi pariwisata seperti tour guide, dll


C. Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Parasraya Budaya dikoordinasi atau diketuai oleh KGPH Hadiwinoto (Adik Sri Sultan HB X) dan dibantu oleh GKR Maduretno (putri ke 3 sultan HB X). 
Kawedanan Hageng Punokawan Parasraya Budaya terdiri dari beberapa departemen antara lain :

1. KHP Wahana Sarta Kriya (kendaraan, kebersihan dan pemeliharaan) -> Mengurusi kendaraan, kereta, pakarya renovasi bangunan di kraton.
2. KHP Puraraksa (keamanan) -> Mengurusi keamanan kraton yang bersifat umum.
3. Tepas Panitikisma (kewarisan) -> Mengurusi tanah-tanah kraton (sultan Ground) & penerbitan surat kekancingan
4. Tepas Keprajuritan -> Mengurusi prajurit-prajurit kraton
5. Tepas Halpitapura (pembelian keperluan keraton) -> Mengurusi urusan rumah tangga kraton
6. Tepas Security -> Mengurusi keamanan yang bersifat khusus. dulu dibentuk saar Sri Sultan HB IX menjabat wakil presiden, dan saat ini masih ada.


D. Kawedanan Hageng Panitra Putra dikoordinasi atau diketuai oleh GKR Condrokirono  (putri ke 2 Sri Sultan HB X), terdiri dari :  

1. Parentah Hageng (pusat administrasi atau kepegawaian) -> Mengurusi administrasi kepegawaian para abdi dalem.
2. Kawedanan Hageng Sri Wandawa (kesejahteraan sosial) -> Mengurusi administrasi keluarga sultan
3. Tepas Dwara putra (penghubung dengan pihak luar) -> Mengurusi Kehumasan kraton termasuk abdi dalem keprajan
4. Tepas Darah Dalem (silsilah Kraton) -> Mengurusi urusan belisik/tanda keabdi daleman/urutan hubungan darah dengan para sultan
5. Tepas Rantam Harta (pengganggaran kraton) -> Mengurusi anggaran harta/rencana anggaran kraton
6. Tepas Danartapura (pengeluaran uang) -> Mengurusi dana/keuangan kraton
7. Tepas Witardana (penyimpanan uang) -> Mengurusi kesejahteraan abdi dalem/asuransi
8. Tepas Tandha Yekti (IT & pusat data Kraton) -> Terhitung mulai 10 Sawal Wawu 1945, atau 28 Agustus 2012, Kraton Yogyakarta memiliki Tepas Tandha Yekti atau pusat data. Keberadaan tepas ini merupakan upaya dari Kraton Yogyakarta untuk semakin membuka diri dan memanfaatkan teknologi informasi dalam pelestarian kraton sebagai institusi budaya. Tepas Tandha Yekti merupakan pusat data yang memanfaatkan teknologi informasi serta multimedia untuk mendokumentasikan data dan kegiatan di Kraton Yogyakarta," kata Pengageng Tepas Tandha Yekti KRT Yuda Hadiningrat. Penggageng Tepas tandha Yekti Lainnya adalah GKR Hayu (Putri ke 4 Sultan HB X)

Lambang Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Semoga bertambah pengetahuan tentang sistem pemerintahan di kraton Ngayogyakarta Hadiningrat & semoga bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih.


Sumber informasi : 

Minggu, 10 Januari 2016

"Kirab Ageng" Jumenengan Dalem Paku Alam X

Kirab Ageng Jumenengan Dalem KGPAA Paku Alam X menjadi peristiwa budaya bersejarah dan langka yang disambut antusias oleh  masyarakat Yogyakarta. Ribuan warga berjubel di sepanjang rute kirab untuk turut Mangayubagyo sang Adipati baru sekaligus Wakil Gubernur DIY

Kereta Kyai Manik Kumolo
 
Kirab yang menepuh jarak sekitar 3,5 km ini melewati rute Pura Pakualaman - Jalan Sultan Agung - Jalan Gajahmada - Jalan Bausasran - Jalam Gayam- Jalan Cendana - Jalan Kusumanegara - Jalan Sultan Agung - kembali ke Puro Pakualaman.

 Rute Kirab Ageng

Sebelum kirab, kereta Kyai Manik Kumolo dan kereta lainnya siap didepan Tratag Bangsal Sewatama. Dua gamelan, Kyai Pragrawitasari dan Kyai Tlagamuncar membawakan Gending-Gending Soran. Sedangkan di Regol Danawara terdapat gamelan Kyai Kombang Tawang dan Carabalen yang membawakan Gending Monggang, seperti membawa ke jaman masa lalu.


 Persiapan keberangkatan kirab Ageng

Ketika Paku Alam X keluar dari Ndalem Ageng menuju Bangsal Sewatama diiringi Gending Ketawang Puspawarna. Kemudian duduk di kursi yang disediakan disusul pembacaan doa keberangkatan kirab ageng oleh Abdi dalem Suranggama. Kirab ageng mulai jam 14.30 WIB.

Abdi Dalem Suranggama

Dalam kirab Ageng kemarin, Rayi Dalem Paku Alam X Gusti Pangeran Haryo (GPH) Harimurti bertindak sebagai Manggala Yudha (Panglima Perang). Iringan-iringan kirab diawali  Marching Band Gita Dirgantara Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta disusul paskibra yogyakarta dan barisan pembawa bendera pura pakualaman. Selanjutnya barisan tujuh ekor gajah koleksi gembira loka & kraton Yogyakarta, bregada lombok abang, iringan lima kereta dan pasukan kavaleri. dibelakangnya menyusul  bregada plangkir, dan marching band UPN "Verteran" yogyakarta sepagai penutup barisan kirab.

 Barisan Gajah

 Maching Band AAU Yogyakarta

Paskibraka Kota Yogyakarta

Pasukan Lombok Abang

KGPAA Paku Alam  X berada dalam kereta pusaka Kyai Manik Kumolo yang dihiasi rangkaian bunga melati dan ditarik enam ekor kuda putih. Sepanjang kirab Sri Paduka Paku Alam X yang mengenakan pakaian kebesaran warna hitam bercorak emas, ramah menebar senyum dan melambaikan tangan kepada warga. "Matur Nuwun" ucapan terima kasih beberapa kali disampaikan Paku Alam X kepada warga yang mengeluelukannya.
 KGPAA Paku Alam X

Rombongan Kirab Ageng Jumeneng Dalem Sri Paduka Paku Alam X mulai kembali ke Puro Pakualaman setelah menjalani kirab keliling kota Yogyakarta sekitar pukul 16.30 WIB. Begitu tiba di depan Gerbang pintu masuk Puro Pakualaman, rombongan Kirab Ageng Jumeneng Dalem Sri Paduka Paku Alam X langsung disambut dengan lantunan Gending Coro Balen sebagai bentuk penghormatan.

 Kereta yang mengikuti Kirab Ageng

Tak hanya itu, penabuh gamelan yang berada tepat di gerbang pintu masuk puro Pakualaman juga melanjutkan penyambutan dengan melantunkan gending Udan Mas untuk mengiringi Sri Paduka Pakualam X yang turun dari kereta kencana dan kembali ke bangsal Sewatama. Para penabuh gamelan tersebut merupakan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang sejak pagi bertugas menjadi penabuh gamelan.
 Rombongan gajah Memasuki Puro Pakualaman

Di Puro Pakualaman, Permaisuri  Adipati Paku Alam X, telah menunggu kedatangan rombongan kirab dengan berada di Bangsal Sewotomo, Pakualaman. Permaisuri memang tidak mengikuti kirab ini, Sri Paduka Pakualam X hanya seorang diri berada di dalam kereta kencana Manik Kumolo

 Kereta Kyai Manik Kumolo di depan Tratag Bangsal Sewatama

Sumber informasi berita, foto & video :
- Koran kedaulatan Rakyat (KR) edisi tanggal 08 Januari 2016
- Twitter : #JumenenganDalemPAX
- http://krjogja.com
http://krjogja.com/read/286767/galeri-foto-kirab-jumeneng-dalem-paku-alam-x.kr
- http://liputanindonesianews.com/detail/1776/kirab-ageng-jumengan-paku-alam-x.html  
- http://www.antaranews.com/berita/538998/jumenengan-kadipaten-puro-pakualaman-setelah-17-tahun
http://www.tribunnews.com/video/2016/01/09/newsvideo-
http://jogja.tribunnews.com/2016/01/07/pihak-pakualaman-senang-lihat-antusias-tinggi-masyarakat-yogya-pada-proses-jumenengan-pa-x 
https://www.elaenews.com/berita/detail/6506/Galeri-Foto-Kirab-Jumeneng-Dalem-Paku-Alam-X 
http://photo.liputan6.com/lifestyle/senyum-kgpaa-paku-alam-x-saat-kirab-ageng-keliling-yogyakarta-2406675
- https://twitter.com/purapakualaman/status/423013871951962113 
http://www.voaindonesia.com/content/penobatan-kgpaa-paku-alam-x-di-era-modern/3136776.html 



  Video Kirab Ageng Jumenengan Dalem Paku Alam X


Ageman (Busana) Dalem Paku Alam X Pada Prosesi Jumenengan Dalem



Pada prosesi jumenengan dalem dan naik tahta menjadi KGPAA Paku Alam X, pada hari kamis tanggal 07 Januari 2016. Kanjeng Bendara Pangeran Paryo (KBPH) Prabu Suryodilogo mengenakan ageman (busana) kebesaran yang diberi nama Ageman Blenggen. Ageman ini terbuat dari kain bludru hitam. terdapat hiasan  bordir dari benang emas di bagian tepi busana keprabon tersebut & mengenakan udheng atau blangkon. Untuk bagian bawah saat jumenengan KBPH Prabu Suryodilogo mengenakan kain panjang motif Parang Ceplok Kastuba. Selain itu, juga mengenakan kelengkapan busana keprabon lain seperti  sabuk cindhe, selop dan lainnya.


Sedangkan permaisuri mengenakan Ageman Blenggan yang dipadu kain panjang parang ceplok kastuba. hanya saja kelengkapan untuk permasisuri  jauh lebih banyak, karena ada bros berbentuk kupu-kupu dan lainnya yang sifatnya lebih pribadi.



Busana atau ageman untuk jumenengan sedikit berbeda dengan yang dikenakan saat kirab siang harinya. untuk busana masih mengenakan Ageman Blenggen, dipadu celana panji, kain panjang motif sama saat jumenengan serta dilengkapi sabuk boro cindhe sutraa, anggar, blangkon. Ageman yang dipakai KGPAA Paku Alam X tersebut berdasarkan dari sejumlah literasi yang ditemukan. Namun rujukan lebih banyak diambil dari masa Paku Alam I dan Paku Alam II. Karena era setelah Paku Alam I dan Paku Alam II. Para raja Pakualaman biasanya memakai busana hibrida yang lebih dekat dengan kostum opsir colonial, mesti tetap mengidentikkan unsur kejawaannya.



Sumber informasi :
- Koran Kedaulatan Rakyat edisi tanggal 07 Januari 2016



Sabtu, 09 Januari 2016

Pemberian Gelar Bangsawan Untuk Permasuri & keluarga KGPAA Paku Alam X di Kadipaten Pura Pakualaman

Pada Acara Jumenengan Dalem Paku Alam X, KGPAA Paku Alam X juga Paring Dawuh yang selanjutkan  dilaksanakan oleh Kawedanan Ageng Kesentanaan Kadipaten Pakualaman untuk memberikan gelar kepada keluarga dekatnya, yaitu :

 KGPAA Paku Alam X, Istri & anak

1. Istrinya, Bendara Raden Ayu (BRAy) Atika Suryodilogo diangkat menjadi Permasuri dan berhak menyandang nama Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam.

2. Dua putra Paku Alam X juga mendapat kenaikan gelar. Bendara Raden Mas Haryo (BRMH) Suryo  Sri Bimantoro kaparingan kalenggahan sebagai Bendara Pangeran Haryo (BPH) Kusumo Bimantoro, sedangkan BRMH Bismo Srenggoro Kunto Nugroho mendapat gelar BPH Kusumo Kunto Nugroho.

3. Dua Rayi Dalem (adik kandung PA X) juga mendapat kenaikan gelar. BPH Hario Seno kaparingan kalenggahan menjadi Gusti Pangeran Haryo (GPH) Kusumodilogo dan BPH Hario Danardono Wijoyo menjadi GPH Harimurti.

Penganugerahan gelar baru tersebut dibacakan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Jurumartani.



Baca Juga :https://seputaranjogja.blogspot.co.id/2011/11/menguak-pangilan-dan-gelar-bangsawan.html

Sumber informasi berita & foto :
- Koran Kedaulatan rakyat (KR) edisi tanggal 08 Januari 2016 
- Facebook : Kadipaten Pakualaman
- http://pojoksatu.id/pojok-news/berita-nasional/2016/01/07/hadir-di-jumenengan-paku-alam-x-ini-kata-menag/
-http://daerah.sindonews.com/read/1075040/189/raja-yogya-saksi-jumenengan-gkpaa-paku-alam-x-1452136919