Pada kesempatan kali ini akan membahas tentang filosofi bebetan kain jarik yang pernah di tulis oleh ust @salimafillah. Jadi kali ini ceritanya merepost karena tertarik untuk diulas dan di buat file di blog ini.
BEBET: Membebat SYAHWAT
Melanjutkan
perbincangan tentang Busana Taqwa setelah uraian tentang Surjan dan
Peranakan, inilah kain yang kita kenakan sebagai bawahan. Salah satu
sebutannya "bebet", dibaca pepet seperti "e" pada "baper", jadi
memakainya disebut "bebetan".
Di
antara maknanya ialah bahwa perut dan bawah perut adalah markas syahwat
yang harus dibebeti, dibebat, dikendalikan agar tak liar. Kain ini
di-wiru, dilipat rapi pada bagian ujungnya yakni sebagai pengingat
terjaganya sifat wara'/wira'i. Ialah menjaga diri dari segala yang
dimurkai Allah, juga hal yang samar meragukan, bahkan dari hal mubah
yang berlebihan. Pada pria, ukuran wirunya 3 jari, sementara pada kain
dodot untuk perempuan adalah separuhnya. Yang kami kenakan ini adalah
wiru engkol, selain wiru lurus yang biasa dikenakan Sultan, penanda
lebih dituntutnya sifat istiqamah bagi pemimpin.
Bebet adalah perwujudan firman Allah;
"Adapun
orang yang takut pada keagungan Rabbnya dan mencegah diri dari hawa
nafsunya, surgalah tempat tinggalnya." (QS An Naazi'aat 40-41).
Motif
kain bebet biasanya disesuaikan kesempatan memakainya. Jika raja-raja
dikhususkan memakai Parang Rusak Barong rancangan Sultan Agung, berpola
lereng menanjak dan berbentuk seperti ombak, sebagai pengingat bahwa
hidup penuh ujian yang tiada henti, dan setiap saat kita harus mampu
memaknai sehingga iman terus dinaikkan, dikuatkan, mendaki menuju
keridhaan Allah.
Motif batik Wahyu Tumurun Yogyakarta
Maknya motif batik Wahyu Tumurun, artinya Nuzulul Quran,
yang dulu amat disukai Sultan Hamengkubuwana I untuk beri'tikaf
menyambut Lailatul Qadr.
Unsur-unsurnya adalah: -Redi (gunung bercahaya dengan gua di tengahnya; Jabal Nur & Gua Hira', tempat wahyu pertama turun)
-Elar (sayap malaikat)
-Sawung (ayam jago)
(tanazzalul malaaikatu warruuhu fiiha biidzni Rabbihim min kulli amrin, salaamun hiya hatta mathla'il fajr, QS Al Qadr)
-Ketopong (mahkota terbang), karena penghafal Quran dipakaikan mahkota yang bersinar melebihi cahaya mentari.
-Lung-lungan (cabang-cabang tumbuhan), sebab yang ashluha tsabit maka far'uha fissamaa' (QS Ibrahim 24).
-Kusuma
(bunga) & buah Sawo Kecik (sarwo becik, serba baik); sebab akhlaq
pembaca Quran harus harum mewangi & manis rasanya. (QS Ibrahim 25)
-Isen-isen
Keras (susunan batuan granit di pegunungan), sebagai pengingat bahwa
gunungpun akan hancur karena takut pada Allah jika Al Quran diturunkan
padanya (QS Al Hasyr 21). Dan jangan sampai hati kita mengeras bagai
batu; padahal di antara batupun ada yang di selanya mengalir sungai, ada
yang terbelah kemudian memancarkan air, & ada yang meluncur jatuh
karena takut pada Allah. (QS Al Baqarah 74)
Nah,
pasangan ikat pinggang untuk menguatkan bebatan kain ini disebut kamus
dan timang. Sebab taqwa harus diikat dengan ilmu. Ilmu yang pertama
diajarkan pada Adam adalah bahasa, isim-isim, kosakata, (Wa 'allama
Adamal asma-a kullaha) maka kamus jadi sebutan ikatan dalamnya. Adapun
ikatan luar disebut timang, sebab ilmu wajib dituntut dari timangan,
dari buaian hingga liang lahat.
Penulis : Salim A. Fillah
Share dari facebook
Kain jarik yang sudah di wiru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar