Terpopuler

Minggu, 30 April 2017

Filosofi Bebetan Kain Jarik



Pada kesempatan kali ini akan membahas tentang filosofi bebetan kain jarik yang pernah di tulis oleh ust @salimafillah. Jadi kali ini ceritanya merepost karena tertarik untuk diulas dan di buat file di blog ini.

BEBET: Membebat SYAHWAT
 
                                                                  Bebetan kain jarik

Melanjutkan perbincangan tentang Busana Taqwa setelah uraian tentang Surjan dan Peranakan, inilah kain yang kita kenakan sebagai bawahan. Salah satu sebutannya "bebet", dibaca pepet seperti "e" pada "baper", jadi memakainya disebut "bebetan".

Di antara maknanya ialah bahwa perut dan bawah perut adalah markas syahwat yang harus dibebeti, dibebat, dikendalikan agar tak liar. Kain ini di-wiru, dilipat rapi pada bagian ujungnya yakni sebagai pengingat terjaganya sifat wara'/wira'i. Ialah menjaga diri dari segala yang dimurkai Allah, juga hal yang samar meragukan, bahkan dari hal mubah yang berlebihan. Pada pria, ukuran wirunya 3 jari, sementara pada kain dodot untuk perempuan adalah separuhnya. Yang kami kenakan ini adalah wiru engkol, selain wiru lurus yang biasa dikenakan Sultan, penanda lebih dituntutnya sifat istiqamah bagi pemimpin.

Bebet adalah perwujudan firman Allah;

"Adapun orang yang takut pada keagungan Rabbnya dan mencegah diri dari hawa nafsunya, surgalah tempat tinggalnya." (QS An Naazi'aat 40-41).

Motif kain bebet biasanya disesuaikan kesempatan memakainya. Jika raja-raja dikhususkan memakai Parang Rusak Barong rancangan Sultan Agung, berpola lereng menanjak dan berbentuk seperti ombak, sebagai pengingat bahwa hidup penuh ujian yang tiada henti, dan setiap saat kita harus mampu memaknai sehingga iman terus dinaikkan, dikuatkan, mendaki menuju keridhaan Allah.
 

Motif batik Wahyu Tumurun  Yogyakarta

Maknya motif batik Wahyu Tumurun, artinya Nuzulul Quran, yang dulu amat disukai Sultan Hamengkubuwana I untuk beri'tikaf menyambut Lailatul Qadr.

Unsur-unsurnya adalah: -Redi (gunung bercahaya dengan gua di tengahnya; Jabal Nur & Gua Hira', tempat wahyu pertama turun)

-Elar (sayap malaikat)

-Sawung (ayam jago)
(tanazzalul malaaikatu warruuhu fiiha biidzni Rabbihim min kulli amrin, salaamun hiya hatta mathla'il fajr, QS Al Qadr)

-Ketopong (mahkota terbang), karena penghafal Quran dipakaikan mahkota yang bersinar melebihi cahaya mentari.

-Lung-lungan (cabang-cabang tumbuhan), sebab yang ashluha tsabit maka far'uha fissamaa' (QS Ibrahim 24).

-Kusuma (bunga) & buah Sawo Kecik (sarwo becik, serba baik); sebab akhlaq pembaca Quran harus harum mewangi & manis rasanya. (QS Ibrahim 25)

-Isen-isen Keras (susunan batuan granit di pegunungan), sebagai pengingat bahwa gunungpun akan hancur karena takut pada Allah jika Al Quran diturunkan padanya (QS Al Hasyr 21). Dan jangan sampai hati kita mengeras bagai batu; padahal di antara batupun ada yang di selanya mengalir sungai, ada yang terbelah kemudian memancarkan air, & ada yang meluncur jatuh karena takut pada Allah. (QS Al Baqarah 74)


Nah, pasangan ikat pinggang untuk menguatkan bebatan kain ini disebut kamus dan timang. Sebab taqwa harus diikat dengan ilmu. Ilmu yang pertama diajarkan pada Adam adalah bahasa, isim-isim, kosakata, (Wa 'allama Adamal asma-a kullaha) maka kamus jadi sebutan ikatan dalamnya. Adapun ikatan luar disebut timang, sebab ilmu wajib dituntut dari timangan, dari buaian hingga liang lahat.
 
Penulis : Salim A. Fillah
Share dari facebook
 
                                                             Cara Mewiru kain jarik
 
                                                           Kain jarik yang sudah di wiru
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar