Abdi dalem mengunkan baju peranakan
Mereport dari tulisan mas @salimafillah
PERANAKAN
Baju Peranakan
Selain surjan, dari kata Arab
"siraajan", yang berarti menjadi pelita, jenis lain busana gaya
Mataraman Yogyakarta ada yang disebut "Peranakan".
Surjan adalah pakaian taqwa yang berciri ujung lancip sebagai simbol
permohonan bimbingan selalu menuju sirathal mustaqim; memiliki 3 pasang
kancing kerah tinggi yang melambangkan 6 rukun iman, sebab Dia lebih
dekat dari urat leher insan; punya 2 kancing di dada yang berarti
syahadatain; serta 3 kancing terutup di ulu hati sebagai penanda
disumbatnya 3 hawa nafsu; ammarah, lawwamah, dan syaithaniyah. Selain
surjan kusuma bermotif bunga yang sering dikenakan Sultan, surjan lurik
biasanya bergaris tiga; perlambang lurusnya hati, lisan, dan perbuatan.
Surjan Lurik
Surjan Lurik
Adapun Ageman Peranakan terbuat dari kain lurik tenun pengkol dengan
warna dasar biru tua mendekati hitam, yang bermakna kedalaman batin
bagai lautan, mampu menyimpan berbagai rasa hati demi menjaga harmoni
dan kenyamanan sesama, serta hanya mengadukan segala beban jiwa kepada
Allah Yang Maha Kuasa. Tenunnya bergaris biru muda telu (3) dan biru tua
papat (4), disingkat "telupat" yang bermakna Kewulu Minangka Prepat
dalam arti "direngkuh untuk menjadi saudara kandung yang mesra dan
saling memahami."
Ujung bawah Ageman Pranakan ini papak rata
melambangkan kesetaraan dan kebersamaan. Kancing lehernya 3 pasang
sebagaimana surjan, melambangkan rukun iman, sementara kancing di lengan
panjangnya berjumlah 5, penanda rukun Islam yang harus diamalkan dengan
segerak anggota badan.
Cara memakai busana pranakan ini khas,
yakni dengan mengangkat kedua tangan lurus ke atas, dimasukkan ke lengan
baju, lalu menyusul kepala dan seluruh badan. Ini karena "peranakan"
makna asalnya adalah "rahim", tempat di mana janin ditumbuhkan Allah
menjadi anak. Maka memakai busana peranakan adalah menghayati diri
sebagai seorang putra, memasuki perlindungan rahim yang kokoh, mengambil
semangat berbakti kepada Ibu; ibu kandung, ibu susu, ibu guru, dan ibu
pertiwi.
Penulis : Salim A Fillah
Share dari facebook
Penulis : Salim A Fillah
Share dari facebook
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus